INGAT ! JANGAN PERNAH BERBUAT MACAM-MACAM

Polri membenarkan bahwa Satgas Anti Mafia Bola itu masih ada. Bahkan satgas itu sering hadir dalam beberapa pertandingan, baik itu di Liga 1 maupun Liga 2.
Beban berat terus tertumpu di organisasi PSSI, setelah Presiden Jokowi memberi arahan untuk meng-gol-kan 3 target besar. Pertama timnas Indonesia harus berprestasi. Harus bisa berbicara. Kedua kompetisi harus menarik dan enak ditonton. Ketiga adalah industri, yang bisa berjalan jika ada trust (kepercayaan).

“Lihat saja sekarang banyak klub Liga 2 yang dibeli oleh pesohor. Ini menandakan adanya kepercayaan,” jelas Ketum PSSI, Mochamad Iriawan.

Untuk menyikapinya, PSSI dan Polri melakukan perjanjian kerja sama yang pertama dalam sejarah PSSI. Yang melibatkan seluruh Polda di tanah air plus seluruh Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI, Rabu, 17 Nopember 2021 minggu lalu.

Mochamad Iriawan mengatakan perjanjian kerja sama ini yang pertama dalam sejarah PSSI. “Ini bukan karena saya mantan polisi. Tetapi, saya ingin mengembalikan sepak bola ke hal-hal yang benar,” ujar Iriawan.

Sementara, Asisten Kapolri Bidang Operasi (Asops) Irjen Imam Sugianto berterima kasih kepada PSSI terkait perjanjian kerja sama ini. Kerja sama ini menindaklanjuti kerja sama yang pernah dicetuskan oleh Menpora Zainudin Amali dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

“Jadi intinya kerja sama ini, salah satunya mengawal kompetisi Liga 1 dan 2 dari awal hingga akhir. Dan yang paling penting di akhir nanti ada penilaian positif dari publik terkait kompetisi ini,” kata Imam.

Pria kelahiran Malang, 54 tahun lalu itu juga membenarkan bahwa Satgas Anti Mafia Bola itu masih ada. Bahkan satgas itu sering hadir dalam beberapa pertandingan, baik itu di Liga 1 maupun Liga 2.

Menurutnya, Polri juga mengetahui tentang berita pengaturan skor. Isu negatif akan menimbukan kerawanan dan gangguan. Karena pada akhirnya akan menimbulkan keresahan di Kamtibnas. Itu sebabnya harus ada koordinasi antara PSSI, Mabes Polri, dan Polda.

“Tugas Satgas Anti Mafia Bola itu adalah pencegahan. Tugasnya ini di kewilayahan. Tolong dipahami betul oleh seluruh Polda di Tanah Air dan SOP nya ditajamkan. Jangan sampai kemudian di wilayah tidak tahu soal Satgas Anti Mafia Bola ini,” imbuh Imam.

Pada hari yang sama juga, Mochamad Iriawan memberikan pengarahan sekaligus bersilaturahmi dengan seluruh wasit dan asisten wasit BRI Liga 1 2021/2022 di Hotel Swissbell, Solo.

Pada kegiatan ini diikuti oleh 84 wasit dan asisten wasit. Ketum PSSI hadir didampingi oleh Wakil Ketua Umum Iwan Budianto, anggota Komite Eksekutif Ahmad Riyadh, Yoyok Sukawi serta Juni Rahman, Sekjen Yunus Nusi, Dirut PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita, Dirops PT LIB Sudjarno, dan Dirkeu Anthony Chandra Kartawiria.

“Alhamdulillah saya dapat bertemu langsung seluruh wasit dan asisten wasit BRI Liga 1 2021/2022 untuk bersilaturahmi, memberikan semangat serta pengarahan terhadap mereka,” kata Iriawan.

Iriawan menambahkan bahwa saat ini kesejahteraan wasit sangat diperhatikan oleh PSSI. Apalagi gaji wasit di BRI Liga 1 2021/2022 sudah paling tinggi sepanjang sejarah kompetisi di Indonesia.

Untuk diketahui, gaji wasit tengah Rp 10 juta/pertandingan, asisten wasit Rp 7,5 juta/pertandingan, wasit cadangan Rp 5 juta/pertandingan, dan pengawas pertandingan Rp 5 juta/pertandingan.

“Saya juga minta wasit, asisten wasit untuk menjaga integritas, kejujuran, ketegasan di dalam lapangan. Sebab baik buruknya pertandingan sangat tergantung pada wasit,” imbuh Iwan Bule sapaan akrabnya.

Iwan Bule juga menegaskan bahwa wasit dan asisten wasit jangan pernah berbuat macam-macam dan berani menerima suap atau hadiah.

Iwan pastikan bila ada wasit atau asisten wasit yang bermain seperti itu akan tamat karirnya di perwasitan Indonesia. Iwan ingin sepak bola Indonesia yang bersih.

“Ini komitmen saya sejak mau mencalonkan menjadi Ketum PSSI. Makanya sekarang kami sudah melakukan MoU dengan Polri,” jelasnya. (Bobotoh.id/HR -PSSI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *