cnbc indonesia
“Keterlibatan BRI dalam penyelenggaraan kompetisi sepak bola di negeri ini akan memberikan kontribusi dan dampak, baik secara sosial maupun ekonomi, kepada industri olahraga. Di samping sebagai upaya menguatkan citra BRI dan memperluas jangkauan BRI,”
Sunarso, Direktur Utama BRI
Dua kali berturut-turut BUMN BRI menjadi Titel BRI Liga 1 (jawapos)
Awalnya semua orang mafhum, kalau iklim dan kualitas sepak bola di negeri ini berada di ujung tanduk. Amburadul, miskin prestasi, ditambah ada korban jiwa.
Karut marut situasinya memang belum mati. Geliat nya malahan terasa disepak untuk makin terpuruk jauh. ‘Binatang buas’ pengaturan skor, mafia bola atau apapun lainnya yang mengerikan di sepak bola itu masih hidup, makin hidup, malahan ia terus diilahirkan.
Sekedar ilustrasi untuk bahan pengingat, kalau ini memang terjadi di sepak bola negeri ini. Setidaknya, ada contoh dari seorang kawan, seorang kiper. Sang kiper sejatinya akan memilih jalan suci, clean sheet… Supaya tidak mengalami kebobolan dalam sebuah laga, selama satu pertadingan penuh.
Meski telah habis seluruh tenaga di badan, berjibaku menjaga tiang persegi empat dengan lebar 7,32 meter dan tinggi 2,44 meter. Seorang kiper ini akan tetap berdiri paling akhir, demi membela kehormatan klub.
Namun, permainan semakin rusak, bukan karena kehebatan seorang penyerang yang piawai dan ciamik menjebol gawang atau kejahatan menggasak atau menekel musuh ke sang kiper.
Tapi karena semakin banyak para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan. Pengaturan skor pun terjadi, mafia bola merajalela. Sang pengadil yang telah mendapat sumpah telah gelap mata, dengan jurus tipu menipu. Dan, akhirnya seorang kawan, seorang kiper sejati itu seperti ‘badut’ tanpa ekspresi kecewa. Banyak gol pun terjadi… Menyesal ?!
(asal mula istilah sepak bola gajah (x’com)
Bukan karena tidak ada lagi pemimpin yang memiliki kompeten serta teladan di sepak bola, tapi mereka mungkin memutuskan menutup mata. Hanya berteriak tanpa upaya dan memilih jalan sendiri untuk tidak ikut berbaur. Akhirnya orang yang terpilih tidak peduli lagi.
Sepak bola memang sangat kaya dengan berbagai aspek kehidupan. Tak heran jika sepakbola juga bisa menjadi sumber refleksi dan permenungan.
Dikuras di berbagai diskusi pun, sepak bola akan selalu meninggalkan ranah yang tak akan habis disepak. Sepak bola akhirnya menyisakan sebuah misteri yang tak mungkin dipahami.
Secara filosofis sepakbola dapat mengajari orang untuk mengalami realisme nasib. Nasib itu sendiri, dalam sebuah laga entah menang, entah kalah atau entah seri. Tidak terbaca dalam suatu pertandingan dalam rentang waktu yang 2 x 45 menit, tetapi tiba-tiba, ujug-ujug terjadi dalam peristiwa tidak terduga.
Sepak bola adalah hidup. Sepakbola tidak hanya berarti sebagai olahraga belaka. Didalamnya ada iklim serta kualitas industri sepak bola Nasional, yang harus terus diatur, dirawat, dijaga, dan dibenahi.
Dan, akhirnya meski tidak menyebut bahagia, tapi boleh saja kita penikmat sepakbola bilang beruntung dan berbangga. Ada pemimpin yang menjadi pujaan. Semoga, The right man on the right place, ada seorang Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Tohir, seseorang yang sesuai dengan kemampuannya di negeri sepak bola ini.
Ada asa dan harapan yang membumbung tinggi, untuk merubah negeri sepakbola tidak lagi berada di ujung tanduk, tidak amburadul dan tidak miskin prestasi dan tidak banyak tragedi. Semoga saja.
Erick Tohir dan kolega membawa pembaharuan di negeri sepakbola ini. BUMN BRI diajak terlbat untuk mendanai perhelatan akbar sepak bola di negeri ini. (rri.co.id)
Erick Tohir dan kolega bergerak cepat, memasang badan dan membawa pembaharuan dengan kerjasama antar lini. Dengan gagasan, dengan metode, dengan alat dan lainnya. Di kamusnya yang nakal harus disikat.
Erick Tohir dalam setiap kesempatan, selalu bilang jangan main-main dengan sepak bola. Dan, siap membawa ke penjara para penipu yang menjadi pemimpin dan para pengkhianat yang menjadi pujaan. Bahkan tiada ampun bisa berlaku juga buat para pemain, ofisial dan seterusnya.
Kata orang Jawa ; Tak enteni sepak terjangmu. Kita akan keplok bahumu. Karena Erick Tohir dan kolega telah membawa pembaharuan di negeri sepakbola ini. BUMN BRI diajak terlbat untuk mendanai perhelatan akbar sepak bola di negeri ini. Yang jadi jawara, disiapkan hadiah uangnya.
Untuk kedua kalinya secara bertutut-turut, BRI menjadi sponsor utama liga 1, dengan titel BRI LIGA 1 2022/2023 dan BRI LIGA 1 2023/2024.
Direktur Utama BRI, Sunarso menyatakan BRI sebagai BUMN mengapresiasi PSSI dan PT LIB, serta semua pihak yang terlibat dan mendukung bergeraknya olah raga di negeri ini, termasuk sepak bola dan kompetisi BRI Liga 1 dalam situasi pandemi Covid-19, dikutip dari kompas.id, Senin, 13 Agustus 2021, dua tahun lalu.
“Keterlibatan BRI dalam penyelenggaraan kompetisi sepak bola di negeri ini akan memberikan kontribusi dan dampak, baik secara sosial maupun ekonomi, kepada industri olahraga. Di samping sebagai upaya menguatkan citra BRI dan memperluas jangkauan BRI,” jelas Sunarso, dalam keterangan tertulisnya.
Sunarso menambahkan langkah ini dapat memperkuat brand image BRI di mata masyarakat. Ia menilai BRI Liga 1 sebagai sarana efektif dan efisien untuk mengkomunikasikan layanan dan produk BRI. Sebagai bank yang fokus terhadap UMKM.
“Dengan bergulirnya kompetisi BRI Liga 1, tentu kami harapkan akan mempermudah PSSI memilih timnas sehingga mampu mengangkat prestasi sepak bola negeri ini di kancah global,” harap Sunarso lagi,
Iklim dan Kualitas Industri Sepak bola Harus Membuncah
Di BRI Liga 1 2023/2024 yang sudah memasuki putaran kedua ini, bisa saja akhirnya bahwa seorang pelatih, sebut saja Bojan Hodak, pelatih Persib Bandung. Pria berkepala plontos kelahiran 4 Mei 1971 berkebangsaan Kroasia ini, saat dia melatih dan memberi instruksi tidak saja dengan menyebut nama pemainnya, melainkan nomor punggung mereka.
Iklim kedekatan dengan memanusiakan pemain dengan segala hak dan kewajibannya sebagai seorang pelatih, setidaknya setelah ditinggal pelatih sebelumnya, prestasi kebanggaan para Bobotoh di kancah BRI Liga 1 2023/2024 ini tidak saja ujug-ujug jadi trengginas, melainkan ada proses. Bojan Hodak bisa saja membawa para pemain itu memang masih manusia. Meski kadang harus menggebrak meja….
Kalau Bojan Hodak saja memperhatikannya sebagai manusia dan tetap menghargainya, sedikit banyak dari para pemain akan merasa, sekurang-kurangnya tidak akan terkulai lemas karena sempat berada dijalur degradasi. Atau tertunduk lesu diparuh babak pertama karena sudah tertinggal 3 atau 4 gol.
Di BRI Liga 1 Bojan Hodak membuat Iklim kedekatan dengan memanusiakan pemain dengan segala hak dan kewajibannya sebagai seorang pelatih, (tribunnwes.com)
Suporter pun akan merasa senang dengan menonton langsung klub di stadion, karena merasa bisa membantu keuangan klub. Suporter bisa mengerti untuk membeli jersey asli. Dan, suporter akan lebih tahu bagaimana klub memperoleh uang dari jersey asli.
Namun apakah suporter tidak akan melirik jersey KW di toko-toko olahraga dan para pedagang kaki lima ?
Jersey KW ini memberi nafas kepada kedua belah pihak, di satu sisi usaha jersey ini bisa mengepulkan dapur pedagang kaki lima. Dan, di sisi lain jersey inipun bisa dibeli oleh suporter sepak bola yang keadaan ekonominya menengah ke bawah.
Jadi bisa win win solution…penyelesaian yang menguntungan dan memuaskan semua pihak. Meski berlabel, jersey KW yang penting, para pelaku usaha ini dengan senang hati memasang logo BRImo dengan titel yang benar.
“Dengan partisipasi BRI mendukung langsung BRI Liga 1, maka akan mendorong kompetisi Liga 1 kembali bergulir. Sehingga dapat menggerakkan perekonomian nasional. Termasuk UMKM seperti usaha konveksi jersey sepak bola, penjual souvenir, industri sepatu bola dan lainnya kembali bergeliat,” ujar Sunarso, dikutip dari sport.detik.com.
Untuk urusan yang satu ini memang harus dibenahi, jangan alon-alon asal kelakon…Karena akan tertinggal jika mengikuti paradigma itu. Sekarang itu harus cepat. Harus di akselerasi, serba cepat.
Partisipasi BRI mendukung langsung BRI Liga 1, Sehingga dapat menggerakkan perekonomian nasional. Termasuk UMKM seperti usaha konveksi jersey sepak bola, penjual souvenir, industri sepatu bola dan lainnya kembali bergeliat. (cnbn indonesia)
Ini yang ingin jadi pengingat, buat PSSI, Klub, pemberi dana (BRI), pemain, suporter. Atau siapapun yang peduli, karena ini perkara bersama.
Perkara untuk segera menata kembali iklim sepak bola yang benar, tanpa tipu-tipu, tentu dengan kepemimpinan nakhoda PSSI, Erick Tohir. Euforia iklim sepak bola dengan memunculkan talenta-talenta muda hebat berbakat untuk kualitas industri sepak Bola Nasional.
Siapkan ‘jiwa raga’ untuk menerima dengan keikhlasan, bahwa tidak hanya berkenaan dengan woro-woro denda saja. Woro-woro kudu damai antar suporter saja atau woro-woro jangan menyalakan suar api saja, yang bisa mendatangkan chaos…kekacauan, kepanikan sehingga ada korban jiwa.
Tapi juga berkenaan dengan edukasi nilai-nilai. Karena sepak bola negeri ini harus maju. Itu tadi, membuat iklim sepak bola menjadi lebih banyak keplok bahu. I
Istilahnya kudu turun gunung atau naik gunung, supaya kita bangga. Dan, orang lainpun senang dengan iklim sepakbola negeri ini. Sepak bola yang bukan lagi berada di ujung tanduk, tidak lagi amburadul dan tentunya banyak prestasi tanpa banyak korban jiwa.
Sunarso, tentunya akan membuncah gembira dan dengan senang hati untuk kembali mensponsori tidak dua kali saja, tapi lima atau 10 kali berturut-turut. Sehingga mayarakat penikmat sepak bola memang tepat untuk bilang kalau, BRI PALING BOLA..!
Akhirnya, kita semua jadi berbagga hati. Dan, menasbihkan seorang Erick Tohir bersama koleganya itu memang, THE RIGHT MAN ON THE RIGHT PLACE, PALING TEPAT.. !! (Bobotoh.id/heru) – berbagai sumber
#BolaPemersatuBangsa #BRIPalingBola