“Kalau dulu kita mengenal pepatah orang tua bahwa banyak anak berarti banyak rejeki. Sekarang kita harus berpikir bagaimana agar setiap anak yang dilahirkan itu terjamin kehidupannya, baik kebutuhan makannya, pendidikannya, dan lain-lain. Punya anak terlalu banyak berisiko menghasilkan generasi stunting,”
Nurhayati. Angota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
Garut, 29 Oktober 2023
Ceuk uing ge naon….Si Cepot Ajak Urang Garut Cegah Stunting,.Gara-gara loba anak, budak jadi teu kaasuh. Pengasuhan jadi tidak optimal. Komo bari keur makan oge hese.
Kampanye Percepatan Penurunan Stunting kini dikemas makin kreatif. Tadi malam, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat berkolaborasi dengan Komisi IX DPR RI menghadirkan pertunjukkan wayang golek di Lapangan Tegallega, Desa Cihurip, Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut.
Warga Cihurip dan sekitarnya tampak begitu antusias. Mereka berbondong-bondong memadati lapangan sepak bola Tegallega yang berada tak jauh dari Kantor Kecamatan Cihurip. Kebanyakan warga datang bersama sanak saudaranya. Nampak ada yang menggelar tikar, karpet, ada yang duduk di mobil pick up, sepeda motor, atau sekedar duduk beralaskan jojodog alias dingklik, bangku pendek dari kayu yang biasa digunakan di depan perapian tradisional masyarakat Sunda.
Menggandeng dalang kondang asal Kabupaten Bandung, Opick Sunandar Sunarya, kampanye berlangsung dalam dialog segar dan ger-geran. Terutama saat anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendi berdialog langsung dengan si Cepot. Nurhayati pun dengan lugas menjawab setiap pertanyaan yang diajukan si Cepot, termasuk alasan bagaimana cara mencegah stunting hingga hubungannya dengan pengendalian kelahiran.
“Kalau dulu kita mengenal pepatah orang tua bahwa banyak anak berarti banyak rejeki. Sekarang kita harus berpikir bagaimana agar setiap anak yang dilahirkan itu terjamin kehidupannya, baik kebutuhan makannya, pendidikannya, dan lain-lain. Punya anak terlalu banyak berisiko menghasilkan generasi stunting,” papar Nurhayati.
“Kumaha hubungan loba anak jeung stunting teh, Bu Dewan?” timpal si Cepot.
“Loba anak berhubungan langsung dengan pengasuhan, Kang Cepot. Gara-gara loba anak, budak jadi teu kaasuh. Pengasuhan jadi tidak optimal. Komo bari keur makan oge hese. Tidak optimalnya pengasuhan dan kurangnya asupan makanan bergizi bisa mengakibatkan tumbuh kembang anak terhambat. Ini berisiko menjadi stunting,” jelas Nurhayati.
“Tah, lamun kieu mah jadi ngarti masyarakat teh. Kade Bapak-Ibu urang kudu leuwih waspada. Boga budak teh butuh perencanaan matang. Ulah kumaha engke,” si Cepot memberikan penekanan pesan.
Sebelum wayang golek dimulai, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Fazar Supriadi Sentosa yang hadir langsung pada kesempatan tersebut menyapa warga Cihurip seraya menitipkan pesan akan pentingnya pencegahan stunting. Prevalensi rendah bukan berarti tidak perlu lagi pencegahan.
“Walaupun di Cihurip ini prevalensi stuntingnya sudah 13 persen, tapi pencegahan stunting harus terus disosialisasikan secara luas. Terutama pencegahan stunting dari hulu, yang sasaran utamanya adalah para remaja. Masyarakat juga harus tetap hati-hati, karena kalau di hulunya tidak dicegah, tetap saja stunting itu akan terus ada,” kata Fazar.
Senada dengan Fazar, lakon cerita wayang golek tadi malam itu banyak mengupas cerita yang bermuatan pesan akan pentingnya perencanaan dalam berkeluarga. Program keluarga berencana berkorelasi dengan pencegahan stunting.
Di sisi lain, dalang Opik juga menyelipkan pesan agama Islam mengenai pentingnya membangun keluarga berkualitas. Dalam hal ini, arti menjaga generasi penerus dan keturunan dalam keluarga agar tetap berkualitas, sehat lahir dan batin.(bobotoh.ID/HR -Irfan HQ)