ASN KUDU JADI CONTOH, ASN ADALAH PELAYAN MASYARAKAT

(sumber foto : aziza ayu)

” Kita sebagai ASN sebagai pelayan masyarakat, kita menghadapi masyarakat yang ekspektasinya sangat tinggi dan ada perubahan demografi populasi, kemudian ada perubahan gaya hidup, ada hedonisme, pluralisme, dan juga individualisme, perkembangan di tengah-tengah masyarakat inilah tantangan kita yang nyata”, ucapnya.”

Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K), Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

 

Sumedang-BKKBN – Kepala BKKBN, Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) menyampaikan pesan dihadapan 1500 Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) secara virtual saat menjadi narasumber pada Kegiatan Seminar Nasional ASN Peduli Kependudukan yang diselenggarakan di Kampus IPDN, Jatinangor Jawa Barat secara virtual dan live streaming melalui _ youtube channel_ @BKKBN Official pada Selasa 31/10/2023.

Jelas dr. Hasto, kita juga harus melek sadar tentang kependudukan ASN, peduli kependudukan, kita harus perhatikan bahwa bagaimana penduduk itu berkualitas, tidak hanya kuantitas. Jadi kualitas ini menjadi penting, stunting menjadi berkontribusi utama dalam kualitas. ASN adalah sebuah motor penggerak dari kesadaran masalah kualitas penduduk. Sehingga ASN juga harus tahu betul bahwa kita harus meningkatkan IQ kita. Kita harus kerja keras, mencetak generasi yang unggul.

“Kita sebagai ASN sebagai pelayan masyarakat, kita menghadapi masyarakat yang ekspektasinya sangat tinggi dan ada perubahan demografi populasi, kemudian ada perubahan gaya hidup, ada hedonisme, pluralisme, dan juga individualisme, perkembangan di tengah-tengah masyarakat inilah tantangan kita yang nyata”, ucapnya.

“ASN menghadapi penduduk masyarakat yang harus dilayani, tetapi karakter masyarakat dan penduduk itu berubah. Oleh karena itu, ini menjadi suatu tantangan, sekaligus tentu peluang bagi Anda semua dan kita ini untuk bisa menempatkan diri sebaik-baiknya. Dan karena itu, ASN harus tahu situasi seperti apa penduduk yang dilayani, seperti apa perkembangan penduduk kita yang menjadi empat besar dunia, dan ini kalau kita sadar betul bahwa ini memang harus dipertahankan juga di satu sisi kita mengendalikan penduduk, tapi di sisi lain ini penting keberadaannya supaya jumlah SDM yang banyak, itu menjadi kekuatan untuk kita menjadi empat besar ekonomi dunia juga”, tutur dr. Hasto.

“Kita menyadari bahwa laju pertumbuhan penduduk relatif terkontrol sekarang mencapai 1,25 dan kemudian juga rata-rata melahirkan atau yang kita kenal dengan Total Fertility Rate (TFR) juga relatif terkontrol sejak tahun 1971 sampai hari ini. Tapi ingat bahwa terkontrolnya ini belum rata. Kita senang ketika capaian ini luar biasa membanggakan dibanding target untuk menurunkan TFR, tapi kita di sini juga sedih karena melihat seperti Papua, NTT, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Aceh. Ini semua masih jauh dari target, sehingga kita teman-teman ASN, harapan saya itu memperhatikan ini dan juga menjadi teladan di wilayahnya masing-masing”, tambah dr. Hasto.

“Di seluruh Indonesia ini yang menggembirakan tentu yang mencapai 2,1 baru 3 provinsi. DIY, Jawa Timur, kemudian Sulawesi Utara, kemudian ini terendah. Tapi yang 2,1 sudah ada Bali, sudah ada DKI. Tetapi kita ada 10 provinsi yang masih di angka 2,2 dan juga masih ada banyak provinsi lainnya yang di atas 2,5. Nah inilah saya berharap mereka-mereka yang ada di NTT, di Papua, Papua Barat ikutlah bagaimana kita bisa mengendalikan jumlah anak itu masih harus diperhatikan”, pesan dr. Hasto.

Jadi ASN harus memberikan contoh 2 anak lebih sehat, saya kira itu penting untuk selalu dikampanyekan juga untuk di daerah-daerah yang rata-rata, kehamilannya masih cukup tinggi.

Kemudian di akhir paparannya dr. Hasto menyampaikan pesannya, Kita juga harus melek sadar tentang kependudukan ASN, peduli kependudukan, kita harus perhatikan bahwa bagaimana penduduk itu berkualitas, tidak hanya kuantitas. Jadi kualitas ini menjadi penting, stunting menjadi berkontribusi utama dalam kualitas. ASN adalah sebuah motor penggerak dari kesadaran masalah kualitas penduduk. Sehingga ASN juga harus tahu betul bahwa kita harus meningkatkan IQ kita. Kita
harus kerja keras, mencetak generasi yang unggul”, pesan dr. Hasto.

Pada kesempatan yang sama hadir juga Rektor IPDN, Prof. Dr. Drs. H. Hadi Prabowo., M.M yang menyampaikan hal yang selaras dengan Kepala BKKBN. Dirinya menyebutkan, “Masalah penduduk tidak hanya ini, masih sangat kompleks. Kalau kita melihat tahun 2022, kemiskinan Indonesia masih 9,23%, memang turun dari kemiskinan 2021 sebesar 10,14%. Kemudian tingkat pengangguran mencapai 5,86% atau kurang lebih 8,42 juta, yang mana di bulan Juli kemarin sudah ada penurunan menjadi 5,45 atau 7,99 juta”, kata Hadi.

 

“Kemudian kalau kita lihat luas daratan kita, luasnya 1.811.570 km persegi. Tingkat kepadatan 153 per km persegi. Kemudian banyak penduduknya di perkotaan, yaitu digambarkan angka 59,1 usia saat ini dari 270 rata-rata 29,1 tahun. Ini adalah suatu hal yang menjadikan beberapa permasalahan kedepan yang harus kita pikirkan baik selaku ASN maupun seluruh komponen bangsa”, tambahnya.

“Dan kalau kita lihat data dari BKKBN, memang penduduk yang produktif saat ini 69,28%, ini antara umur 15-64 tahun. Namun kalau dilihat dari yang non produktif masih ada 30,72% dimana rasio ketergantungannya ditunjukkan 44,33 artinya bahwa satu tenaga atau individu yang produktif masih menanggung 44 sampai 45 tenaga non produktif. Ini gambarnya, kita akan
menuju ke Indonesia emas, kita harus waspada. Bagaimana upayanya mengingat kualitas penduduk kita juga belum mempunyai keterampilannya yang memadai. Inilah yang menjadi gambaran bahwa kita kadang-kadang slogannya gampang, kita akan mencapai Indonesia emas 2045. Namun perjalanan kesana sangat berat, karena pertumbuhan ekonominya belum bisa mencapai Indonesia emas”, imbuh Hadi.

Kemudian hadir juga Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng yang mengatakan, “Kita bicara TFR ada yang sudah terjaga di 2,18 tapi ada yang masih tinggi di angka 3,4, ini masih jomplang. Kemudian kita bicara terkait dengan bagaimana tidak hanya dengan mengendalikan penduduk yang sekarang sudah relatif terjaga, dengan pertumbuhan 1,25% dan angka rata-rata nasional TFR di 2,18, tapi yang penting adalah bagaimana menjaga meningkatkan kualitas penduduk. Kualitas penduduk kita yang sekarang kita berada di bonus demografi, apakah betul-betul bisa memanfaatkan kalau kualitas usia produktif kita 15-64 tahun itu mampu mengisi produk domestik bruto kita”, ucap Boni. (bobotoh.id/HR-bkkbn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *