foto : Irfan/bkkbnjabar
URAAA…….Ada RAN Pasti, terus yang teranyar, Dashat. Ingat, bukan Dahsyat seperti salah satu program di tipi. Tapi kedua program itu milik BKKBN buat menggedor turunnya angka stunting,
Setelah mencari akar masalah di ibu hamil, sekarang target operasinya ada di dapur. Masalah gizi. Dapur Sehat Atasi Stunting atow Dashat dibuat agar khalayak diajak terlibat langsung dalam penyediaan kebutuhan gizi bagi keluarga beresiko stunting di desa masing-masing.
Tujuannya mah sama, yakni memilikI arah gerak dan pemahaman buat menurunkan angka stunting. Kudu sejalan dengan Perpres 72/2021. Atow meniru kata Plt Ketua IPKB Jabar mah, ikhtiarnya makin konkret dan mengakar !
Dan, Kamis, 31 Maret 2022, Kampung KB Koi desa Sukaresmi Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung menjadi corong lahirnya gerakan ini.
Sang nakoda BKKBN Jabar, Wahidin meyakini Dashat bisa menjadi daya ungkit upaya percepatan stunting hinga menyisakan 14 prosen saja pada 2024 mendatang
“Dashat merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting, yakni keluarga yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, baduta/balita stunting terutama dari keluarga kurang mampu,” terang Wahidin.
Wahidin meno’ong di sini memiliki banyak sekali buah stroberi dan sayuran. Itulah yang diharapkan bisa diolah untuk kemudian diberikan kepada keluarga berisiko stunting.
Ceuk pejabat tinggi pratama yang memulai karir kepegawaiannya sebagai penyuluh keluarga berencana (PKB) ini, bilang hasil riset menunjukkan sebagian besar anak Indonesia kurang menyukai buah dan sayur. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya pangan luar biasa.
“Karena itu, perlu edukasi secara terus-menerus dan partisipasi dari semua pemangku kepentingan. Rendahnya konsumsi sayur itulah yang menjadi salah satu pemicu tingginya angka stunting di Indonesia,” tambahnya.
Selain Dashat yang diluncurkan, Wahidin juga berharap ada program-program khusus di Kabupaten Bandung, misalnya Desa Bebas Stunting. Untuk level kabupaten atau kota mungkin susah, tapi desa bisa.
Dan, ini sesuai dengan program Zero New Stunting 2023, Jawa Barat ditargetkan pada 2023 mendatang bisa terbebas dari stunting baru.
“Ini sangat selaras dengan pendekatan BKKBN yang melalui dari hulu, dari pabriknya yaitu ibu. Dilakukan sebelum hamil. Prioritas pendampingan kepada ibu sebelum hamil, tiga bulan sebelum hamil. BKKBN membentuk tim pendamping keluarga untuk memberikan pendampingan kepada calon pengantin sejak tiga bulan sebelum nikah,” papar Wahidin.
Di tempat yang sama, Erick Juriara Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung mengaku pihaknya memberikan perhatian besar upaya percepatan penurunan stunting di wilayahnya. Upaya ini diawali dengan melakukan pemetaan desa dengan risiko stunting tinggi. Hasilnya, 65 desa masuk dalam daftar prioritas penanganan stunting.
“Data SSGI 2021 menunjukkan prevalensi stunting di Kabupaten Bandung mencapai 31,1 persen atau sekitar 112 ribu orang. Ini tentu memerlukan penanganan intenstif. Kami akan menyusun program dan kegiatan dalam upaya penurunan stunting. APBD Kabupaten Bandung sudah mengalokasikan Rp 14 miliar untuk penanganan stunting. Kami juga meminta pemerintah desa untuk mengalokasikan 32 persen anggaran dana desa untuk stunting,” terang Erick.
Secara kelembagaan, Erick mengklaim sudah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat kabupaten hingga desa. Hal ini diperkuat dengan pendekatan pentahelix, berupa pelibatan unsur masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media untuk membantu percepatan stunting tersebut.
“Pemerintah saat ini terus berupana menurunkan prevalensi stunting. Ini penting karena stunting merupakan kunci menwujudkan generasi Indonesia Emas pada 2045 mendatang. Kami meyakini Dashat merupakan intervensi berupa pemberian gizi dengan optimalisasi makanan pangan lokal. Kami berharap Dashat berdampak positif menurunkan stunting di Kabupaten Bandung,” pungkas Erick.
Sinergi Kampung KB
Sementara itu, Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN Faharuddin menjelaskan, Dashat merupakan salah satu bentuk sinergi kampung keluarga berkualitas (Kampung KB) dalam aksi konvergensi penurunan stunting. Kampung KB hadir untuk mendaratkan dukungan lintas kementerian atau lintas sektoral pada program pembangunan masyarakat.
“Hasil evaluasi kami menunjukkan bahwa kampung KB berhasil meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. Dari miskin dan tertinggal jadi maju dan mandiri. Banyak desa yang berkembang setelah hadirnya kampung KB. Ternyata salah satu kunci keberhasilan kampung KB terletak pada dukungan pimpinan daerah: kades, camat, bupati. Semakin kuat komitmen pimpinan, semakin tinggi tingkat keberhasilan. Nah, dengan pendekatan tersebut kami berharap percepatan penurunan stunting bisa dilakukan secara efektif di kampung KB,” papar Faharuddin.
Dia menjelaskan, Jawa Barat menjadi perhatian nasional karena memiliki paling banyak memiliki bayi stunting. Dengan prevalensi 24,5 persen, jumlah absolutnya mencapai lebih dari 1 juta. Sementara Jawa Timur dan Jawa Tengah “hanya” memiliki masing-masing 500 ribu dan 600 ribu stunting.
“Sementara target nasional 14 persen. Adapun Jawa Barat ditargetkan bisa lebih rendah dari nasional, sebesar 13,96 persen. Artinya, pada 2024 mendatang tinggal menyisakan 588 ribu. Kalau Kabupaten Bandung diharapkan bisa turun dari 31,1 persen menjadi 17,81 persen pada 2024 mendatang. Sekarang ini jumlahnya sekitar 112 ribu stunting. Jika 112 ribu bayi dijajarkan, penuh satu lapangan bola. Ini menjadi tugas besar kita,” tandas Faharuddin.