OUTBOUND PB DJARUM 2024 UPAYA UNTUK MENCETAK ATLET YANG LEBIH TANGGUH

“Ini semua tentang psikologi atlet bagaimana agar mentalnya tetap kuat, tetap konsentrasi sehingga bisa konsisten mengeluarkan kemampuan terbaik dan menjadi juara,”

Yoppy Rosimin, Ketua PB Djarum

 

Hujan mengguyur cukup deras di area Zone 235 Cikole. Tapi kondisi itu tak menurunkan semangat sekitar 85 atlet putra putri PB Djarum kategori usia U-11 hingga U-17 untuk mengikuti outbond yang akan dilangsungkan selama empat hari. Adapun kegiatan ini diselenggarakan oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation dan PB Djarum.

Acara ini digelar dengan tujuan untuk mencetak karakter yang tangguh dari para atlet agar bisa mendulang prestasi di masa depan.  Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation yang juga Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin, atlet bulutangkis tidak hanya lahir melalui bakat dan teknik yang mumpuni di atas lapangan, tapi juga memiliki psikologi yang matang ketika mengatasi lawan di arena pertandingan.

 

 

“Untuk itu, demi mematangkan psikologis atlet, kami secara berkala menyelenggarakan outbound sebagai salah satu upaya pembangunan karakter agar para atlet mempunyai bekal yang kokoh dari sisi psikologi. Ini penting, karena saat bertanding, aspek psikologis itu punya pengaruh besar agar si atlet bisa menang dan membawa gelar juara,” tutur Yoppy.

Seorang atlet yang memiliki aspek psikologis yang bagus akan lebih menguasai jalannya pertandingan dalam kondisi apapun. “Ini semua tentang psikologi atlet bagaimana agar mentalnya tetap kuat, tetap konsentrasi sehingga bisa konsisten mengeluarkan kemampuan terbaik dan menjadi juara,” ujar dia.

Para atlet akan ditempa di alam terbuka selama empat hari agar mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dari kehidupan kesehariannya. Tujuannya adalah agar para atlet muda ini  bisa menumbuhkan sikap kemandirian, disiplin, pantang menyerah hingga kemampuan mengelola emosi diri.

“Bila biasanya mereka tinggal di asrama dengan seluruh fasilitasnya, atau tinggal di hotel ketika mengikuti kejuaraan, kini mereka kami bawa ke alam terbuka. Tidur di barak dan mengikuti berbagai kegiatan yang menantang. Ini akan menuntut mereka memiliki kemampuan adaptasi dan menumbuhkan sikap kemandirian serta disiplin. Aspek-aspek tersebut yang kami harapkan muncul karena itu akan berguna ketika mereka bertanding nanti,” Yoppy menjelaskan.

 

 

Adapun kegiatannya akan terbagi ke dalam sembilan games diantaranya Sky Run, Walking in The Sky, Blindman Walking, dan Double Rope Bridge.  Selain untuk melatih komunikasi dengan rekan satu tim, games ini juga bertujuan agar para atlet bisa lebih disiplin dan kompak.  Para peserta dibagi menjadi 9 – 10 kelompok, yang terdiri dari 7 sampai 11 atlet setiap kelompoknya. Bukan hanya itu, peserta juga ditantang untuk melakukan hiking ke Tangkuban Perahu guna menguji stamina dan endurance masing-masing atlet.

Djarum Foundation dan PB Djarum tidak main-main untuk pengembangan psikologis ini. Untuk itu Pusat Inovasi Psikologi Universitas Padjadjaran diajak bekerjasama untuk mengamati kondisi psikologis para atlet selama outbound berlangsung. Pemantauan intensif akan dilakukan dengan melibatkan 19 psikolog dengan masing-masing dua psikolog di setiap kelompok sebagai observer.

Rt. Annissa Apsyari selaku Psikolog di Bidang Layanan Asesmen & Intervensi dari Pusat Inovasi Psikologi Universitas Padjadjaran berucap, observer bertindak untuk mengamati kondisi psikologis para atlet, diantaranya kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, stabilitas emosi, resiliensi, daya tahan terhadap tekanan, dan kerja sama. Berdasarkan observasi psikologi yang dilakukan, diperoleh gambaran kondisi psikologis para atlet dalam mengatasi tantangan dan melakukan pengembangan diri.

“Melalui serangkaian simulasi/games tersebut, akan diamati bagaimana para atlet menghadapi tantangan dan mencoba beradaptasi serta bangkit dari kondisi yang tidak sesuai dengan harapan. Setelah melakukan simulasi/games, sesi diskusi akan dilakukan antara psikolog dan para atlet untuk memperdalam aspek psikologis, sehingga dapat menjadi masukan untuk perkembangan para atlet dalam bertanding dan berprestasi di bidangnya.”  tutur Annissa.

 

 

Lebih lanjut, Annissa menuturkan bahwa kondisi psikologis menjadi aspek penting yang mempengaruhi seorang atlet mencapai hasil optimal baik dalam proses latihan maupun dalam pertandingan.

“Resiliensi dan daya tahan terhadap stres menjadi faktor yang penting sebagai penggerak bagi para atlet agar mereka memiliki daya juang yang tinggi untuk berlatih dan menjadi juara. Sehingga kami berharap, melalui rangkaian kegiatan ini, para atlet muda bisa memetik pembelajaran penting yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ketika meniti tangga menjadi atlet profesional,” Annissa menambahkan. (Bobotoh.id/IR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *