REMAJA Sebagai Pemeran Utama Sekaligus Subjek Dan Aset Strategis

“……..Output yang dihasilkan adalah remaja Generasi Berencana (Genre), yaitu remaja yang memiliki perencanaan dalam mempersiapkan dan melewati lima transisi kehidupan remaja dengan mempraktikkan hidup bersih dan sehat, melanjutkan pendidikan, memulai berkarir, menjadi anggota masyarakat yang baik, serta membangun keluarga yang berkualitas,”

Fazar Supriadi Sentosa, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat

 

Bandung, 29 November 2023

Ajang Apresiasi Duta dan Jambore Ajang Kreativitas Generasi Berencana (Adujak Genre) Tingkat Provinsi Jawa Barat memasuki tahapan akhir dengan dihelatnya babak grand final selama tiga hari, 27-29 November 2023, di Harris Convention Center, Kota Bandung. Puncak perhelatan berlangsung dalam suasana petualangan legendaris Jumanji, baik dalam dekorasi venue maupun kostum peserta. Jumanji sendiri juga merupakan akronim dari Jabar Unjuk Maju Babarengan Ngahiji.

Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Fazar Supriadi Sentosa yang menyapa para finalis dan undangan secara virtual hari ini mengungkapkan, Adujak Genre 2023 dihelat untuk mendorong remaja Jawa Barat terlibat aktif dalam pembangunan. Bukan semata terlibat, melainkan terlibat secara penuh makna. Yakni, berperan sebagai subjek sekaligus pemeran utama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi kaum muda dalam pembangunan.

“Remaja merupakan aset strategis bangsa ini. Jumlahnya sangat signifikan, baik secara nasional maupun dalam konteks Jawa Barat. Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, komposisi penduduk Jawa Barat khususnya Generasi Gen Z yaitu penduduk yang lahir pada 1997-2021 berjumlah 13,37 juta atau 27,88 persen. Sementara populasi generasi milenial Jawa Barat sebanyak 12,5 juta jiwa atau 26,07 persen. Jika dua kelompok usia ini digabungkan, berarti lebih dari 50 persen penduduk Jawa Barat berusia muda,” papar Fazar.

Fazar menjelaskan, pemerintah telah merancang berbagai kebijakan, strategi, dan program untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh remaja Indonesia, termasuk dalam mengatasi isu pencegahan stunting dan kesehatan reproduksi. Sayangnya, hasil dari beragam upaya tersebut belum optimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya keterlibatan dan partisipasi aktif dari para remaja yang bermakna dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut.

Itulah yang kemudian mendorong BKKBN untuk melibatkan remaja secara aktuf dan bermakna. Pelibatan bermakna berarti melibatkan mereka sebagai subjek dalam menjalankan program, bukan hanya sebagai objek atau penerima manfaat.

“Dengan cara begitu, para remaja dapat mengasah kepekaan terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara. Juga mendorong kebijakan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan remaja,” jelas Fazar.

Lebih jauh Fazar menjelaskan, BKKBN telah meluncurkan program pembinaan ketahanan remaja yang dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Secara lebih spesifik, program ini bertujuan agar remaja mampu agar mampu menemouh jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, dan menikah dengan penuh perencanaan sesuai fase reproduksi sehat. Upaya tersebut dilakukan dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga.

“Sesuai dengan konsep young people yang dikeluarkan oleh PBB, remaja yang menjadi sasaran program ini adalah penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, yang berusia 10 sampai dengan 24 tahun dan belum menikah. Output yang dihasilkan adalah remaja Generasi Berencana (Genre), yaitu remaja yang memiliki perencanaan dalam mempersiapkan dan melewati lima transisi kehidupan remaja dengan mempraktikkan hidup bersih dan sehat, melanjutkan pendidikan, memulai berkarir, menjadi anggota masyarakat yang baik, serta membangun keluarga yang berkualitas,” papar Fazar.

Agar remaja mampu melewati lima transisi kehidupannya, sambung Fazar, mereka diharapkan terhindar dari hubungan seksual sebelum menikah dan menikah di usia dini. Juga terhindar dari penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (Napza).

Menurutnya, pembinaan ketahanan remaja dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan teman sebaya (peer group) dan pendekatan keluarga (parenting). Pendekatan teman sebaya dilakukan melalui Pendidik Sebaya (peer educator) dan Konselor Sebaya (peer counselor) di PIK Remaja, sedangkan pendekatan keluarga dilakukan melalui penguatan pengasuhan oleh keluarga di kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) merupakan bentuk layanan yang ramah remaja yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja guna memberikan akses informasi, pendidikan, dan konseling kesehatan reproduksi dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Fungsi utama PIK-Remaja adalah: (1) Berbagi informasi; (2) Melakukan konseling; (3) Melakukan rujukan; (4) Mengembangkan potensi diri; dan (5) Melakukan aktivitas positif dan kreatif.

“Dalam upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan, cakupan/akses, dan partisipasi remaja dalam pemberian informasi, pendidikan, dan konseling kesehatan reproduksi dan seksual, gizi, serta perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja di PIK Remaja, diperlukan Generasi muda yang tumbuh sebagai agent of change di tengah masyarakat. Diharapkan dengan keterkaitan ini remaja Jawa Barat lebih berperan dengan segala kondisi,” jelas Fazar.(Bobotoh.ID/HR-NJP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *